Steve Kornacki, tokoh yang familiar dalam liputan Hari Pemilu dan tokoh yang dicintai di seluruh spektrum politik, baru-baru ini duduk untuk menganalisis hasil pemilu pada hari Selasa. Selain reaksi antusias terhadap kehadirannya di “dewan besar”, pengetahuan Kornacki yang terperinci mengenai tren pemungutan suara dan data tingkat daerah menawarkan wawasan berharga mengenai lanskap politik yang terus berkembang. Pengamatannya, yang diperoleh dari peninjauan pengembalian selama berjam-jam, menjelaskan perubahan perilaku pemilih dan potensi implikasinya terhadap pemilu paruh waktu tahun 2026.

Poin Penting Kornacki

Kornacki membahas beberapa pengamatan penting dari hasil pemilu baru-baru ini. Berikut rincian hal-hal yang menonjol:

Kejutan Jersey Baru

Kejutan paling langsung bagi Kornacki adalah hasil pemilihan gubernur New Jersey. Perwakilan Mikie Sherrill menang dengan selisih lebih dari 56 persen, sebuah kemenangan yang jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Partai Demokrat menjelang Hari Pemilu telah menyatakan keprihatinannya mengenai kampanye Sherrill, dan menyatakan bahwa kampanye tersebut dijalankan dengan buruk dan berpotensi rentan. Kornacki mencatat bahwa perspektif ini juga dimiliki oleh kedua partai politik.

Dinamika Kota New York

Dalam pemilihan walikota New York City, Kornacki menyoroti dukungan kuat terhadap Zohran Mamdani, dengan menunjukkan pola yang mencerminkan pemilihan pendahuluan. Borough Park, sebuah distrik dengan mayoritas penduduk Yahudi, menunjukkan dukungan yang besar terhadap Mamdani, yang mencerminkan hasil pemilihan pendahuluan. Sebaliknya, Park Slope, sebuah wilayah yang ditandai dengan median usia yang lebih muda, tingginya proporsi gelar sarjana, dan konsentrasi profesional kreatif, memberikan tingkat dukungan yang sama, yang menunjukkan bahwa pola-pola yang dibangun di tingkat dasar terulang kembali dalam pemilihan umum.

Pergeseran Lanskap Pinggiran Kota

Kornacki menekankan perubahan dinamika di daerah pinggiran kota, khususnya merujuk pada Somerset County, New Jersey—rumah bagi Jack Ciattarelli (kandidat Partai Republik) dan klub golf Donald Trump. Ciattarelli tampil sangat baik di wilayah ini pada tahun 2020, tetapi tahun ini, Sherrill meraih kemenangan besar, mengungguli Ciattarelli dengan hampir 20 poin. Hal ini mencerminkan tren yang lebih luas di mana pemilih kerah putih berpendidikan perguruan tinggi semakin menolak Donald Trump dan mendukung kandidat Partai Demokrat.

Basis Trump dan Pemilih Independen

Pertanyaan apakah keberhasilan Partai Republik berasal dari daya tarik yang lebih luas atau sekadar mencerminkan kesetiaan kepada Donald Trump masih menjadi pertanyaan besar. Kornacki berpendapat bahwa hasil pemilu di New Jersey tidak menunjukkan fenomena Partai Republik yang lebih luas. Sebaliknya, sikap antipati terhadap Trump tampaknya menjadi faktor pendorong keberhasilan Partai Demokrat. Dia menunjuk pada pemilih independen, yang sering bertindak sebagai “kendaraan protes,” semakin mendukung partai oposisi sebagai tanggapan atas rasa frustrasi mereka terhadap pemerintah.

Dampak Pemilih Perguruan Tinggi vs. Non Perguruan Tinggi

Secara historis, dukungan terhadap Trump paling kuat di kalangan pemilih kulit putih yang tidak memiliki gelar sarjana. Sebaliknya, pemilih yang berpendidikan perguruan tinggi, terutama pemilih kulit putih, menjadi lebih berpihak pada Partai Demokrat sejak kedatangan Trump. Analisis Kornacki menggarisbawahi pentingnya pergeseran demografi dalam menafsirkan hasil pemilu.

Menatap ke Depan hingga 2026

Kornacki memperingatkan agar tidak terlalu menekankan pemilu di luar tahun, namun luas dan dalamnya kemenangan Partai Demokrat menandakan adanya potensi perubahan lanskap politik. Jajak pendapat NBC News yang dilakukan pekan lalu menunjukkan keunggulan delapan poin bagi Partai Demokrat dalam pemungutan suara paruh waktu, sebuah peningkatan yang signifikan dibandingkan pada awal tahun. Hal ini, ditambah dengan hasil pemilu baru-baru ini, memberikan gambaran bahwa Partai Demokrat sedang mendapatkan momentum.

Ritual Malam Pemilihan Kornacki

Di luar analisis politik, Kornacki memberikan gambaran sekilas tentang persiapan ketatnya untuk liputan malam pemilu. Dia menghabiskan waktu berminggu-minggu dengan cermat mempelajari peta dan spreadsheet, membawa banyak koleksi data ke studio. Jeda iklan didedikasikan untuk membandingkan hasil aktual dengan penelitiannya. Dan meskipun celana khaki telah menjadi aspek penentu kepribadiannya saat siaran, dia mengungkapkan bahwa celana tersebut sebenarnya bukan celana khaki sama sekali.

Pada akhirnya, Kornacki menarik hubungan yang mengejutkan antara pemilihan walikota saat ini dan pemilu tahun 1977—ketika Mario Cuomo kalah dalam pemilihan walikota dari Partai Demokrat dan mencalonkan diri sebagai kandidat pihak ketiga, juga kalah 50-41.

Hasil pemilu baru-baru ini mengungkapkan narasi yang menarik: pergeseran lanskap politik yang dipicu oleh ketidakpuasan pemilih dan tren demografi yang terus berubah, yang berpotensi mengubah lanskap pemilu paruh waktu tahun 2026 mendatang. Dengan menganalisis pola-pola yang berbeda ini, Kornacki memberikan konteks yang sangat berharga untuk memahami keadaan politik Amerika saat ini